nusakini.com--Jika suatu ketika anda berkunjung ke kota Vancouver, bersiaplah membawa payung atau paling tidak mengenakan hoodie untuk menepis hujan yang menjadi menu keseharian penduduk Vancouver. Hampir mirip dengan kota Bogor, Vancouver yang terletak di belahan barat Kanada memang dikenal sebagai kota hujan, sehingga namanya sering diplesetkan menjadi Raincouver.

Satu lagi yang akan sering anda jumpai di Vancouver yaitu kedai kopi atau coffee shop. Sedemikian gemarnya masyarakat Vancouver (dan juga masyarakat Kanada pada umumnya) terhadap kopi, sehingga di jalan-jalan utama lazim ditemui jajaran cafe atau coffee shop dalam jarak 10-15 meter, baik yang mengusung nama lokal maupun franchaise dari merek yang sudah di kenal dunia. 

Berdasarkan survey dari the Coffee Association of Canada (CAC), 67% dari penduduk Kanada yang berusia 18-79 tahun adalah peminum kopi. Konsumsi kopi juga lebih besar (34.3%) dibanding soft drinks (19.5%) dan teh (8.3%), dengan konsumsi rata-rata berkisar antara 1 hingga 3.2 cup setiap hari. Masih menurut survey yang sama, pada tahun 2015, kegemaran terhadap kopi tersebut telah menciptakan lebih dari 160 ribu lapangan pekerjaan di cafe dan coffee shop, dan tak kurang dari lima ribu lapangan pekerjaan di bidang industri pengolahan kopi di seluruh Kanada. 

Bagaimana dengan kopi Indonesia? Cukup banyak gerai kopi di Vancouver dan sekitarnya yang menyajikan Kopi Sumatera, Kopi Toraja dan Kopi Mandailing, bersama-sama dengan kopi dari negara-negara asing lainnya, seperti Kolumbia, Italia, Vietnam, dan lain-lain.

Melihat peluang bisnis tersebut, beberapa pengusaha Indonesia telah mencoba peruntungan berbisnis kopi di Kanada, dengan mengimpor biji kopi mentah dari berbagai daerah di Indonesia untuk selanjutnya dijual dalam bentuk mentah maupun dalam kemasaan roasted. 

Tak puas dengan itu, melihat peluang pasar dan kekayaan cita rasa serta kualitas kopi Indonesia yang tak kalah dari kopi dari negara-negara lain, Liza Wajong bermitra dengan pemilik Nusa Coffee di Indonesia memberanikan diri untuk membuka coffee shop di daerah Kitsilano, Vancouver. Dengan dukungan Channes Kwandou sebagai barista, Nusa Coffee telah dibuka pada tanggal 12 Januari 2017.

Dalam kunjungan Konjen RI, Konsul Ekonomi dan Konsul Penerangan KJRI Vancouver pada tanggal 18 Januari 2017, Coffee Shop tersebut tampaknya memiliki prospek yang bagus, terlihat dari cukup banyaknya pengunjung yang datang. Sebagaimana kebiasaan setempat, pada umumnya pembeli memesan kopi untuk dibawa (to go), meskipun ada beberapa di antaranya yang tinggal di Coffee Shop untuk menikmati pesanannya sambil membuka-buka handphone atau laptop memanfaatkan wifi yang tersedia. Lokasi Coffee Shop yang tidak jauh dari tempat pemberhentian bus ke arah kampus University of British Columbia juga menunjang potensi pemasaran Nusa Coffee. 

​Sambil berbincang dengan Liza Wajong, wanita enegik yang juga merupakan Ketua dari Canada Indonesia Diaspora Society, rombongan dari KJRI juga sempat disuguhi teknik meracik kopi dengan metode "syphon" dan "pour over", yang terbukti dapat menghasilkan aroma dan rasa kopi yang lebih kuat. Untuk melengkapi kopi, pada etalase juga terpampang berbagai light snack yang menggugah selera, dan yang lebih istimewa lagi pengunjung dapat menikmati jajanan khas Indonesia seperti lemper ayam, risoles dan pastel. Kami ingin menampilkan keunikan Indonesia sehingga dapat merebut hati pecinta kopi di kawasan ini, demikian diungkapkan Liza.

Tidak hanya dari kopi dan makanan, coffee shop tersebut nantinya akan dilengkapi dengan berbagai ornamen khas Indonesia, selain juga informasi mengenai daerah-daerah penghasil kopi di Indonesia. Saat ini Nusa Coffee mengolah kopi dari Toraja, Flores dan dataran tinggi Ijen di Jawa Timur. Produk Nusa Coffee sendiri selama ini telah sering diikutsertakan dalam berbagai kegiatan promosi yang diselenggarakan oleh KJRI Vancouver. Semoga keberadaan Nusa Coffee dapat lebih mendekatkan kopi Indonesia kepada pecinta kopi di Kanada (p/ab)